Sabtu, 15 Agustus 2009

KADO AGUSTUS UNTUK KURNIAWAN JUNAEDHIE

Mas Jun Purwokerto kian gembita sekarang,tapi tidak seheboh tigadasawarsa yang lalu ketika melahirkan sejumlah penyair.Semangat kepenyairan membuahkan hasil sekarang.Semangat Pembudayaan kepenyairan tak pernah henti berdenyut di kota cantik ini. Mas Jun di bulan Agustus ini sepantasnya kita memberi bintang mahaputra kepada kepada sebut saja,Ahita Teguh Susila,Dharmadi,Kurniawan Junaedhi karena gregetnya pada pemberdayaan kandidat penyair di tah air. Mas Jun seorang penyair tanpa tanda jasa HERMANN AFFANDI, telah terbaring di depan gerbang pusara 12 oktober 2007. Agustus bulan baik untuk kenang melalui sejumlah karyanya dari sekumpulan yang tercecer, semoga diterima sebagai kado Agustus 2009.

SAJAK SAJAK
HERMANN AFFANDI


SYMPHONI GELOMBANG PASANG

mimpi jaga
penghujung abad

indonesia,gemuruh gelombang lautmu
mendebur menebah dada terbuka
deru angin mencumbu nyiur di pantai
mendesir mengombak hamparan padi menguning
mengelus mebuai hati petani

nun jauh di tyengah samudera raya
pelaut pelaut perkasa sibuk bergumul
menakluk alun membelah badai
agar perahu selamat dan sampai
di negeri jauh pelabuhan damai
membongkar memuait kontainer kemasan
bongkah bongkah mimpi dan harapan
berkah harkat kemakmuran bersama

sayup dengarlah alunan lagu gairah kerja
dari pabrik pabrik yang bertebaran
di antero pulau pulau persada
degup jantung nafas pekerja
degup jantung nafas semesta

dengar pula dentang irama
mantap membenam tiang tiang pancang
mengiring kesibukan para tukang
merakit besi men gcor beton bertulang
mereka : pemuda putera bangsa
berotot kawat bertulang baja
membangun puncak pencajkar angkasa
jlan raya kelas satu,dam dam raksasa
mercu suar kejayaan nusantara

indonesia, symhoni akbar sedang digelarkan
gaungnya jauh menjamah puncak puncak gunung
lembah laut rimba raya desa dan kota
irama nyanyian rakyat pejuang
bahana musik kebangkitan
bangsa merdeka

Tuhan,syukur ikhlas kami panjatkan
namun tak lupa doa kami,beri kami kekuatan
membrantas hama dan parasit
pohon kemerdekaan

purwokerto 1994




HERMANN AFFANDI



TELEGRAM

sepucuk telegram kilat
menjebakku tepat tengah hari
terhenyak di kursi seruku terpekik
Masyaallah! kau sodorkan alternatif
yang gawat itu. sedang kau tahu aku tak pernah siap
selain dengan sugesti dan nur kasihmu

Kasih engkau terlalu tega. semua karu As
ada di genggamanmu.jadilah aku kelincimu
yang paling tidak manis.kudis kurap meruyak
di sekujur jazadku.tak ada yang pantas pada diriku
untuk kubanggakan padamu. meski aku haqqul yakin
atas keutuhan cintamu

setiaku tercecer di lorong lorong mesum. namun
padfa saat paling jumud sekalipun
aku tetap menggumam namamu.mata rabunku minus tujuh
terlalu silau, tak mampu menatap agung wajahmu
meski cuma bayangmu
di kilas denyar kilat

satu yang paling memilukan,aku mesti berani
berterus terang padamu.sebab toh mata beningmu
kuasa menikam noktah paling tersamar di relung dadaku
kasih, disini jiwaku tergadai.nuraniku terbantai
di tengah kancah persabungan tak kunjung usai
hanyalah keagungan kasih sayang dan maafMu
Ya Rahman, Ya Rahim yang bisa menebusku
pulang damai dikeheningan waktuMu

purwokerto 1995
















4 komentar:

  1. mas hani, saya terharu betul membaca puisi2 mas herman ini. kontan ingatan saya terlempar, pada tahun 1971-an, ketika hampir setiap sore saya datang ke rumah di kulon balai desa purwokerto sekedar untuk meminjam mesin tulis brother, dan mengetik puisi2 saya. begitu kerapnya saya ke rumah tsb. saya sampai kenal betul dengan keluarga mas hani dan mas herman: bapak dan ibu khunanto, mbak tuti dll. siapa sangka bahwa dari situ mulai tumbuh minat saya yang lebih besar dan dalam terhadap kesenian, khususnya kesusastraan.

    mas hani, pesan anda akan segera saya sampaikan pada mas dharmadi, ahita, mas anton dll (para penunggu) di purwokerto. selagi masih ada sumur di ladang, saya kira mereka pun akan antusias untuk bisa berkumpul lagi, dan siapa tahu kita bisa membukukan puisi2 lama kita.

    salam selalu

    BalasHapus
  2. mas hani, saya dapat membuka blog Anda mengikuti link pembicaraan antara Jun dan Ahita. Ternyata saya menemukan dua puisi Mas Herman ini. Bagi saya, seorang yang telah berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, dia akan senantiasa hidup, kendati pun (dalam bahasa Mas Hani) dia sudah terbaring di gerbang pusara.
    mas hani, Jun sudah dihubungi saya menyatakan keinginan untuk ngumpul setelah lebaran nanti. Saya bilang siap untuk berpartisipasi.
    salam dari saya. (Fatchurrachman)

    BalasHapus
  3. Alhamdullilah,
    Mas Herman sudah mendapat telegram tengah hari bolong .... siapa menyusul ? Kurniawan ? Makanya jangan ngerokok saja nanti dapat telegram kilat untuk pulang lho. Ingat semua kartu As ada di tanganNya ...
    Hmmh ... setiaku juga tergadai di lorong mesum, dengan kudis kurap disekujur jazadku, karena aku haqqul yakin juga pada keutuhan cintaMu ... hehehe I Love You Fulll

    BalasHapus
  4. iKUT BERGABUNG NANANG ANNA NOOR, AJIBARANG PURWOKERTO 0281 7933181

    BalasHapus