Minggu, 28 Februari 2010

PUISI PUISI ASFAHANI KHOENANTO

CERMIN

setiamu menyatu dengan peluh yang meleleh pada setiap purnama
gelisahmu menanti cahaya seusai comulinimbus. masih tereja syair
syair yang terdampar diladang gulma lalu membentuk gurat gurat
aura tanpa warna dibalik makna

cermin dibilik tetirahku masih saja menjaga beribu fajar dan kerabunan senja.
engkau masih bisa menjaga senyummu dibalik keriuhan angin
masa kecilmu.

di wajahmu masih saja setia mencatat angka kekalahan demi kekalahan
engkau saksi setiaku menghitung denyut nikmat seluruh hajatku
dan cermin itu tetap saja bergumam
engkau pemenang itu

depok 2010